Sebagai muslim Indonesia, kita akrab sekali dengan nama tersebut. Bahkan mungkin ada beberapa dari teman-teman yang ketika diajarkan tawasul, tak boleh melewatkan nama beliau dalam doa kita. Pasti masih ada juga yang bertanya-tanya, siapa sih sebenarnya beliau? Kali ini, Santriwati akan mengulas biografi tentang salah satu wali Allah dalam dunia tarikat dan sufisme ini.
Syekh Abdul Qodir Jaelani lahir di Amol, Iran, pada tanggal 2 Ramadhan 470 H atau 17 Maret tahun 1078 M dan meninggal di Baghdad, Irak, pada bulan Februari 1166. Beliau masih keturunan generasi ke 19 dari silsilah nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wa sallam. Sejak belia, Syekh Abdul Qadir Jailani sudah melakukan perjalanan jauh menuju Baghdad ketika masih berusia 18 tahun untuk menimba ilmu kepada beberapa ulama seperti Ibnu Aqil, Abul Khatthat, Abul Husein al-Farra’ dan Abu Sa’ad al-Muharrimiseim. Beliau adalah seorang Imam bermadzhab Hambali. Beliau sangat gigih belajar hingga berhasil menguasai ilmu ushul Fiqih dan perbedaan pendapat-pendapat para ulama, yang mana dengan ilmu tersebut, seorang gurunya, Abu Sa’ad Al-Muharrimi memberikan wewenang untuk mengelola lembaga kecil yang didirikannya kepada Syekh Abdul Qadir. Beliau menjaga amanah tersebut dengan sungguh-sungguh, tinggal di sana dan banyak menginspirasi orang-orang yang datang kepadanya sehingga semakin banyak orang yang kemudian datang untuk menimba ilmu di sana hingga tempat belajar tersebut tak cukup menampung lebih banyak murid. Dari sinilah nama beliau mulai dikenal oleh masyarakat dan bahkan para wali pun datang berguru padanya, seperti Syekh Qudamah, penulis kitab fiqih al-Mughni.
Dilansir dari Wikipedia, dalam sebuah manuskrip tertulis tentang kisah beliau ketika sedang menyendiri. Syekh Abdul Qodir mendengar sebuah suara yang menyerunya untuk pergi ke Baghdad dan melakukan syiar di sana. Dan ketika beliau pergi ke Baghdad, beliau mendapati penduduknya melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Islam, dan banyak melakukan maksiat. Hal ini lantas mengurungkan niatnya untuk bersyiar. Ia pun kembali mendengar suara itu, “Sesungguhnya, mereka akan mendapatkan manfaat dari keberadaan dirimu”. Syekh Abdul Qodir bertanya kembali, “Apa hubungan mereka dengan keselamatan agamaku?”. Suara itu menyerunya lagi, “Kembali ke Baghdad dan engkau akan mendapatkan keselamatan agamamu”. Akhirnya beliau membuat 70 perjanjian dengan Allah, yang mana beberapa diantaranya adalah beliau memohon agar tak ada seorang pun yang menentangnya dan tidak ada seorang muridnya yang meninggal kecuali dalam keadaan bertaubat. Beliau pun kembali ke Baghdad dan berdakwah di sana.
Syekh Abdul Qadir Jailani menulis beberapa kitab yang menerangkan ilmu tauhid, sifat-sifat Allah, hukum ketetapan Allah, dan ilmu-ilmu ma’rifat. Karya-karyanya antara lain: Tafsir Al-Jilani, al-Ghunyah Li Thalibi Thariqil Haq, Futuhul Ghaib, Al-Fath ar-Rabbani, Jala’ al-Khawathir, Sirr al-Asrar, Asror al-Asror, Malfuzhat, Khamsata Asyara Maktuban, Ar-Rasael, Ad-Diwaan, Shalawat wal Aurod, dan lain-lain.
Selama 25 tahun, beliau menghabiskan waktunya untuk mengembara sebagai seorang sufi di padang pasir Iraq hingga dikenal sebagai tokoh sufi yang termasyhur. Beliau juga memimpin madrasah di Ribath yang didirikan sejak tahun 521 H hingga wafatnya pada tahun 561 H. Madrasah ini kemudian dilanjutkan oleh putra dan keturunannya hingga hancurnya Baghdad pada tahun 656 H/1258 M.
Kemudian, ada yang bertanya, mengapa ketika tawasul, kita dianjurkan untuk tidak melupakan nama beliau dalam berdoa? Ustadz Abdul Shomad, LC. MA. menjawab hal ini dikarenakan ada silsilah nasab keilmuan kita sampai kepada beliau, hingga kepada nabi Muhammad saw. Tawasul berarti mengambil sarana atau wasilah ketika kita berdoa atau beribadah agar doa kita lebih cepat dikabulkan oleh Allah.
Itulah biografi singkat tentang Syekh Abdul Qadir Jailani. Ternyata beliau adalah salah satu ulama yang masyhur dengan keilmuannya. Semoga kita mampu mengikuti jejak kegigihan beliau dalam menuntut ilmu, terlebih ilmu agama untuk memperbaiki kualitas akhlak kita. Semoga bermanfaat yaa, Muslimah!