Ada seorang muslimah yang namanya tercatat dalam sejarah Islam. Beliau sebenarnya adalah seorang muslimah biasa yang merupakan adik dari Dhirar bin Azwar, prajurit yang menemani panglima Khalid bin Walid melawan tentara Romawi. Khaulah binti Azwar namanya. Khaulah adalah seorang wanita, bagaimana ia sampai bisa dijuluki sebagai ‘Pedang Allah’? Pada kesempatan kali ini, Santriwati akan mengulas tentang kehebatan beliau untuk dijadikan ibrah bagi kita semua.
Dhirar, sang kakak, sering sekali menceritakan tentang kegigihan, pengorbanan, keikhlasan para pahlawan muslim di medan perang; karenanya, Khaulah memohon izin kepada kakaknya untuk ikut berjuang di medan perang bersama muslimah lain. Mereka bertugas di belakang layar sebagai perawat untuk merawat prajurit yang terluka dan menyediakan makanan.
Pertempuran tentara kaum muslimin dengan pasukan Romawi berlangsung dengan dahsyatnya. Kaum muslimin sering memenangkan pertempuran, namun juga bukan berarti tak pernah kalah. Suatu ketika, Khaulah dan beberapa muslimah teman-temannya menjadi tawanan bangsa Romawi. Mengingat pesan Dhirar, Khaulah tak menyerah. Ia membakar semangat para muslimah yang tertawan itu dan merencanakan untuk meloloskan diri. Ketika waktunya sudah dirasa tepat, meskipun tanpa bekal persenjataan, dengan semangat membara, mereka melawan pasukan penjaga yang tersisa. Hingga akhirnya mereka berhasil kembali ke markas tentara muslim. Tak ayal, Dhirar yang mengetahui bahwa adiknya telah selamat, langsung memeluknya dengan penuh gembira dan keharuan.
Singkat cerita, pada kesempatan lain, pasukan tentara muslim mulai melemah, dan salah satu prajurit terbaik Khalid bin Walid, Dhirar bin Azwar menjadi tawanan perang bangsa Romawi. Khaulah pun sangat sedih mendengar kabar tersebut. Ia tak mampu membayangkan bagaimana keadaan kakaknya tersiksa dalam penjara tawanan. Dalam kesedihannya yang mendalam, tiba-tiba terlintas ide gila dalam pikirannya. Ia berencana untuk menyelinap keluar markas dan menyamar menjadi seorang prajurit. Tahukah kalian, apa maksudnya itu? Ya! Artinya, ia terjun langsung ke medan perang dan turut menebas tentara Romawi dengan mengendarai kudanya.
Pasukan muslim semakin dipukul mundur, dan keadaan semakin terdesak. Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh hadirnya seorang ksatria penunggang kuda bercadar yang gagah berani. Ya, Khaulah mengenakan cadar dan tak mengeluarkan sepatah kata pun demi menutupi identitas dirinya. Hanya kedua bola matanya yang tampak sangar. Dengan lihainya ia merangsek dan menyabet barisan tentara Romawi dengan pedangnya hingga membuat mereka terdesak mundur. Sang panglima, Khalid bin Walid pun tertegun dengan kepiawaian dan kelihaiannya. Ia merasa penasaran dan bertanya padanya, “Hai ksatria, kau telah bertempur di jalan Allah. Bukalah cadarmu agar kami mengetahui siapa dirimu,” tuturnya.
Namun, tak ada sepatah kata pun terlontar dari Khaulah. Setiap kuda Khalid mendekat, ia berlari menghindar. Hingga akhirnya Khalid berteriak padanya, “Celaka kamu! Kau telah membuat terheran-heran hati kaum muslimin. Katakanlah siapa dirimu?”.
Akhirnya, demi menghormati panglimanya, Khaulah pun berhenti dan menjawab, “Aku tidak menjawabmu, Panglima, karena aku malu padamu”. Mendengar suara wanita dari balik cadar hitamnya, Khalid pun terkejut. Ia menyadari bahwa ksatria yang gagah itu adalah seorang perempuan.
Khaulah pun melanjutkan penjelasannya, “Aku adalah Khaulah binti Azwar, adik perempuan Dhirar bin Azwar yang saat ini menjadi tawanan Romawi. Aku tak bisa diam saja mendengar hal ini, jadi aku memutuskan untuk keluar dari markas dan ikut ke medan perang,” jelasnya. Khalid sangat kagum dengan keberanian dan rasa cintanya kepada saudara kandungnya. Melihat kegigihannya, Khalid pun bertekad untuk membebaskan Dhirar bersama pasukan yang lain. Ia memerintahkan pasukan pilihan, termasuk Khaulah untuk merebut pertahanan benteng Romawi.
Perang pun terus berlanjut, akhirnya tentara muslim berhasil mengalahkan pasukan Romawi dan membebaskan Dhirar yang dijaga ketat karena telah membunuh putra panglima Romawi. Kepiawaian Khaulah bermain pedang membuat nyali tentara Romawi ciut sehingga banyak yang melarikan diri. Pada saat Dhirar berhasil dibebaskan dari benteng musuh, ia pun penasaran siapakah ksatria bercadar hitam itu, yang tak lain adalah adik perempuannya. Ketika ia telah mengetahuinya, betapa terkejutnya Dhirar sebagai kakaknya. Ia sangat bersyukur dan tak percaya bahwa Khaulah bisa seberani itu, rela mempertaruhkan nyawa demi menyelamatkan dirinya.
Demikianlah sepenggal kisah Khaulah binti Azwar. Kegigihan dan keberaniannya membuatnya dijuluki sebagai ‘pedang Allah’ dari kalangan perempuan. Ia pantang menyerah, hingga berani bertaruh nyawa demi kemenangan kaum muslimin dan demi membebaskan saudara yang ia cintai. Keren banget kan? Semoga kisah Khaulah bisa meneguhkan iman Islam kita ya, Sahabat Muslimah!
*Disadur dari buku Di Atas Sajadah Cinta, karya Habiburrahman El-Shirazy